(untuk almarhum bapak yang telah berpulang ke Rahmatullah)
Orang bilang ada kekuatan2 dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudra, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar aka tujuan hidupnya
Tujuan hidupku?
Pada awalnya aku tidak ingin menjadi PNS ato abdi negara ato civil servant atau apapun yang berhubungan dengan birokrasi di negara ini… Ga ada keinginan sama sekali terbesit dalam anganku untuk meneruskan jejak kedua orang tua ku menjadi seperti mereka (PNS). Kedua orang tuaku adalah PNS yang cukup disegani di daerah tempat asalku…. Sebuah kabupaten kecil di jawa tengah…
Kenapa aku tidak ingin seperti mereka? Padahal dari hasil menjadi abdi negara, mereka bisa menyekolahkan keempat anak mereka dengan sukses, termasuk aku… bahkan kakakku bisa S2 karena dibiayai ortuku…. Aku dri awal memang tidak tertarik meneruskan S2, hanya memilih melanjutkan kuliah profesi apoteker setelah lulus S1 Farmasi. Aku tidak ingin menjadi seperti mereka karena aku terbiasa melihat rutinitas mereka, waktu itu di pikiran aku, aku pengen “out of the box”, bagaimana rasanya berada di dunia lain selain pns? Karena turun temurun dari semua silsilah keluarga besar, semuanya adalah PNS… tidak adakah yang bercita2 menjadi seorang direktur? Reporter? Jurnalis? Pedagang? Aapakah menjadi abdi negara adalah pekerjaan menjanjikan terbaik di dunia? Begitu pikiranku saat itu……
Selepas kuliah profesi apoteker di salah satu universitas swasta di Yogyakarta, aku diterima di salah satu perusahaan farmasi terkemuka, di Bandung…. cukup menyenangkan pada awalnya… dan selama setahun lebih disana, aku mencoba mengikuti ritme yang tentu saja berbeda dari ritme pns yang selama ini aku tau dari keluargaku….
Selama itu pula, setiap ada pembukaan pendaftaran seleksi cpns, bapak ku selalu cerewet nyuruh aku agar ikut. Baginya, menjadi pns adalah jaminan masa depan, dia memahami aku adalah perempuan yang ga bisa kerja berat ( karena dari bayi aku sudah diasuh pembantu dan apa2 tinggal nyuruh), kerja di industri untuk tipikal perempuan “princess” kayak aku pastilah ga akan cocok. Ya memang kerja di industri itu sama saja kejar2an dengan permainan uang… Perusahaan ingin mendapat untung besar dan kredibel di mata masyarakat dan imbasnya para pegawainya dituntut untuk kerja benar2 keras, terforsir siang dan malam… Aku pernah 24 jam di pabrik sama sekali ga pulang karena suatu hal, dan tentu saja jika ortu ku tau pasti mereka akan semakin ga tega melihat putri nya kerja serabutan siang malam begitu….
Aku masih ingat saat itu, pembukaan cpns 2014, beritanya disiarkan di tv ( aku tadinya tidak tau), bapakku menelpon dengan penuh antusias, kira-kira bulan September 2014, bulan bapak aku ulang tahun…
“Na… liat di tv, ada banyak lowongan cpns taun ini…. melu (ikut) ya nduk….” Ujarnya di telpon malam itu. Aku dengan ogah2 an Cuma mengiyakan saja….. Aku mungkin akan ikut, tapi aku (waktu itu) berpikir Cuma akan iseng2 berhadiah, sekedar ikut tes, kalo lolos ya Alhamdulillah, kalo engga yoweslah rapopo…..
Sungguh Allah adalah sebenar2nya pemberi petunjuk…. Waktu itu saat lagi jalan2 di gramedia mendadak aku ingin membeli buku cpns (entah dapat hidayah dari mana waktu itu rasanya pengen belajar soal2 cpns), maka terbelilah buku cpns itu dengan harga yang lumayan mahal (aku memilih buku terlengkap yang ada di gramedia).
Kemudian bapak aku masih dengan kebawelannya menyuruh aku lagi “ daftar BPOM aja nduk, kamu kan apoteker…”
Waktu itu memang galau memilih antara bpom atau kemenkes atau BNN….
Akhirnya seperti mandat bapak, aku daftar BPOM, aku memilih pilihan Direktorat Inspeksi dan Seritifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen dengan alasan ada kata2 “inspeksi” yang artinya aku bakal sering terjun ke lapangan untuk melakukan sidak hehe
Lalu apakah aku belajar? Pada awalnya aku belajar mati2an, aku menghapalkan UUD 45, Pancasila, Sejarah, matematika, logika, everything !!! lalu setelah berjalan bbrp minggu sebelum hari H, aku mendadak malas…. Apakah aku akan berhasil? Aku selalu tidak yakin dengan kemampuan diriku sendiri, di pabrik aku juga bukan pegawai menonjol yang pintar berdialog di depan forum…. Apakah aku bisa bersaing dengan ribuan orang dari seluruh Indonesia untuk memperebutkan kursi sebagai abdi negara??
Dan hari itupun tiba…. Seleksi tahap 1, aku harus menaklukkan TKD (Tes Kemampuan Dasar), soalnya ada 100 dan berisi 3 macam soal yaitu TWK ( Tes Wawasan Kebangsaan), TIU (tes intelegensia Umum), dan TKP (tes Karakteristik Pribadi), aku sama sekali tidak belajar sebelum hari H, dikarenakan di pabrik sedang ada audit dari WHO dan apabila ada audit itu berarti pulang kerja jam 10 malam… jadi sehari sebelum ujian, aku capek maksimal krn pulang jam 10 malam.
Dalam benakku saat itu, aku berdialog dengan Allah, “ya Allah, kau tau aku tidak belajar, tapi sungguh apabila ini memang jalan yang Kau rencanakan untukku, beri aku keajaiban…”
October 2014, aku kaget karena namaku ada di urutan pertama karena mendapat skor tertinggi ujian TKD. Sungguh aku heran, syok, kaget, unbelievable….. AKU RANGKING SATU !! aku bahkan mengalahkan seantero Bandung pada sesi itu,, Ya Allah apa rencanaMu?
Spontan ak lngsung menelpon bapak dan ibuku, aku kabarkan hasilnya seperti apa, dan mereka (seperti yang sudah aku duga sebelumnya) langsung bungah luar biasaaa… mungkin mrk menangis terharu disana… yang ak tau mereka lalu berharap agar aku serius pada tes thapan selanjutnya….karena ini baru tes awal dan masih ada tes lagi yang lebih berliku, TKB atau Tes Kemampuan Bidang.
Memang, kadang aku merasa aku adalah orang yang tidak mampu melakukan apa2,, sejak kecil aku hidup bersama pembantu. Orang tuaku tak pernah mengajari aku memasak, mencuci baju, even menyapu. Yang mereka ajarkan adalah : belajar dan dapat nilai bagus. Dan memang, dari SD aku selalu juara kelas. Puncak pencapaian tertinggi ku adalah menjadi Best Graduate saat wisuda profesi apoteker. Kadang2 aku memang tidak menyadari kemampuan terpendam yang aku miliki sampai seseorang memecutku untuk maju.
Lolos tahap 1, artinya harus menghadapi tahap 2 yang susahnya minta ampun. Tes Kemampuan Bidang, kita diuji dengan soal2 yang sesuai dengan pilihan yang kita ambil. Karena aku farmasi maka soal2nya berhubungan dengan materi itu. Selain itu ada TPA ( Tes Potensi Akademik) yang berisi soal2 deret bilangan dan logika matematika.
Kalian tau apa kehebatanku? Saat aku menginginkan sesuatu, aku adalah orang paling ambisius di dunia. Aku akan berusaha semaksimal mungkin agar keinginanku tercapai. Saat melihat perasaan bangga pada orang tuaku, aku bertekad akan lolos tahap selanjutnya. Aku belajar siang dan malam untuk bisa menaklukkan tes itu. Aku tidur 3-4 jam sehari, sepanjang hari belajar ( bahkan di pabrik aku juga mencuri waktu untuk belajar) dan malam hingga pagi aku gunakan untuk sholat malam.
Desember 2014, aku tak akan pernah menyangka beginilah rencana yang Allah tulis untukku. Aku belum pulang ke rumah lagi selama dari awal tes hingga menjelang tes kedua. Aku masih merantau dan berkutat dengan kehidupan pabrik dan belajar karena tes. Awal desember 2014, aku berencana pulang, tapi ibuku bilang daripda capek di jalan mending buat belajar saja. Akhirnya aku tidak pulang dan sungguh jika aku boleh menyesal, aku sangat menyesal karena tidak pulang…. Kenapa?
Bapakku mendadak sakit. Bapak yang tiap saat cerewet dan menanyakan keadaan ku mendadak harus bolak balik ke rumah sakit karena sering mengalami sesak napas. Bapak memang perokok berat. 6 Desember 2014 bapak di telpon bilang , “ Bapak akan sembuh nduk kalo kamu keterima cpns….”
Entah kenapa saat itu aku merasa ada sesuatu dari ucapannya. Semacam firasat mungkin, Aku tak pernah tau.. Bapak aku yg selama 60 tahun ini tak pernah sakit, selalu sehat dan humoris, mendadak harus opname di rumah sakit. Dan aku tak bisa menemaninya karena aku harus persiapan mengadapi tes TKB yang akan segera aku hadapi.
Sungguh sejak awal, ini semua adalah rencanaNya… aku menghadapi tes kedua di pertengahan desember, dan pada tanggal 26 Desember 2014 Bapak aku berpulang ke Rahmatullah. Tanpa aku sempat melihatnya, tanpa beliau tau apakah aku lolos atau tidak, karena pengumuman hasil tes tahap terakhir adalah satu bulan setelahnya.
Aku bahkan tak sempat melihat jenazahnya, karena aku naik kereta 8 jam perjalanan dan itu berarti aku harus mengikhlaskan bapak dikebumikan secepat mungkin tanpa menunggu aku pulang. Jadi aku terakhir melihat bapakku adalah di stasiun kereta api, September 2014, saat beliau mengantarkanku untuk naik kereta ke Bandung.
Sungguh semua yang terjadi ini adalah ketetapanNya… rencanaNya… takdirNya…. Aku ikhlaskan bapakku kembali pada Allah… walau dalam hatiku ada penyesalan aku belum bisa mewujudkan keinginannya menjadi PNS waktu itu…
Dan berandai2 adalah hal yang dilarang agama, saat dalam masa berduka aku kadang menyesal kenapa aku tidak ikut tes cpns dri dulu dan belajar dengan maksimal,, kenapa aku jarang pulang dan lebih mementingkan pabrik daripda keluarga yang menunggu di rumah? Walau mereka tidak pernah menuntut agar aku sering pulang, tapi aku yakin mrk sbnranya hanya tidak ingin membuatku repot apabila aku harus bolak balik. Ah sudahlah… astagfirullah haladzim, sungguh tidak boleh menyesali yang sudah2…
Dan di awal tahun 2015, akhirnya datanglah kabar gembira itu… Akhirnya aku diterima menjadi cpns di BPOM sperti yang dicita2kan almarhum bapak… sujud syukur, Alhamdulillah ya Robbi… Sungguh Allah Maha Baik, ini adalah rencana Nya… akhirnya aku berhasil mewujudkan keinginan almarhum yaitu menjadi seorang PNS (soon to be) seperti yang diharapkannya selama ini. Mungkin sejak aku kecil, bapak sudah berharap aku akan menjadi seperti beliau, dan sekarang ini semua terwujud. Bapak, semoga Kau melihatku dari jauh disana… Bahwa anakmu ini sudah berhasil mewujudkan impianmu,,,,
Tenanglah disana, Bapak….
Aku akan meneruskan jejakmu menjadi abdi negara……
Tersenyumlah disana, Bapak……..
I miss you a lot…. 🙂